Free HTML Hit Counter

Saturday, August 24, 2013

ASAL USUL DANAU RANAU


Danau Ranau mempunyai Iuas 144 kilometer persegi, danau ini terletak di pegunungan yang masuk kecamatan Banding Agung wilayah kabupaten Ogan Komering Ulu. Ketika  berdiri di tepi danau kita dapat memandang alam pegunungan yang merupakan bagian dari Bukit Barisan. Udara alam pegunungan yang sejuk dan pesona Danau Ranau rnembuat betah beriama-Iama di sana. Diantara para pengunjung ada yang asik mandi ditepi danau. Selain itu ada pula yang mengelilingi danau dengan perahu motor. Berkeliling danau dengan perahu motor mempunyai keasyikan tersendiri bagi para pengunjung. Ditepi danau banyak perahu motor yang disewakan untuk para pengunjung. Para pengunjung dapat berperahu menuju ke puiau Marisa yang ada di tengah danau. Di Danau Ranau tersedia tempat khusus untuk memancing. Adapula pengunjung yang memancing sambil berperahu.

Konon ceritanya, Danau Ranau terjadi karena kesaktian Puyang Seminang Mora, Dikisahkan pada dahulu kala ada seorang pemuda bernama Patua Paso. Patua Pasao adalah kemenakan seorang raja di suatu daerah yang bernama Among Padoha. Patua tinggal disekitar Danau Toba di Sumatra Utara.
Sehari-hari Patua melakukan perdagangan hinga ke pulau Mindanao Filipina. Seperti biasanya Patua melakukan tukar menukar perdagangan. Pada waktu itu Patua Paso berkenalan dengan gadis cantik bemama Sondang, putri seorang pedagang kaya raya. Selain berdagang orangtua Sondang juga seorang kepala Suku Perak Tagalok bernama Tuan Mauru Sada. Mereka akhirnya saling jatuh cinta. Beberapa bulan kemudian Patua Paso pulang ke Sumatera Amang Padoha setuju untuk melamar Putri Sondang.

Pada saat yang telah ditentukan, berangkatlah rombongan Patua Paso dengan menggunakan enam perahu Iayar. Selama berhari-hari rombongan mengarungi Lautan Hindia, Setibanya di Mindanao, acara lamaran segera dilaksanakan. Kemudian dilanjutkan dengan perkawinan pesta perkawinan mereka dirayakan tiga hari tiga malam Setelah pesta selesai pasangan pengantin baru segera di bawa ke Negeri Batak Ketika pelayaran mereka mendekati pantai selatan Sumatra rombongan dikejar segerombolan bajak ilaut. Ternyata, bajak Iaut yang kejam berhasil mendekat. Rombongan pengantin Patua Paso mengadakan perlawanan.

TerjadiIah pertempuran yang sengit diatas perahu. Anggota rombongan pengantin banyak yang tewas dan beberapa perahu mereka berhasil dikuasai bajak taut, perahu yang membawa paman Patua dan ayah putri Sondang dikuasai perampok. Tiga  perahu lainnya mereka tawan. Kini tinggalah lima perahu yang Ioios dari kejaran bajak laut. Satu perahu di antaranya mereka yang terdiri dari emas dan intan permata.

Perahu yang membawa rombongan pengantin baru berhasil mendekati pantai. Sementara Itu bajak laut terus mengejar mereka Setelan sampai dipantai rombongan pengantin bergegas turun kedarat. Para pengiring segara mengangkut bahan makanan, dan barang milik kedua pengantin. Mereka berlari masuk rimba menuju kaki Bukit Barisan. Para bajak iaut pun sampai di tempat para pengantin. Mereka berlari masuk rimba menuju kaki Bukit Barisan membawa pasangan pengantin baru, sérta barang - barang beharga.

Para bajak laut pun sampai ditempat para pengantin Mendarat. Mereka membakar perahu rombongan itu Setelah perahu terbakar mereka pun mengejar masuk kehutan belantara. Dua hari sudah bajak laut mengejar rombongan itu. Namun mereka tidak berhasil menangkap rombongan Patua. Kita tinggaikan rombongan Patua menuju ke masyarakat Komering dilereng gunung Seminung. Kelompok masyarakat Suku Komering ini dipimpin oleh seorang, wanita setengah baya. wanita ini sangat bijaksana dan suka menoiong orang bila sedang susah. ia bergelarPuyang Seminung Namora. Puyang Semiraung Namora memiiiki seekor burung garuda yang setia.

Di kaki gunung Seminung ada danau kecil yang dinamakan Ranau. Dalam bahasa kawi kuno" ranau "artinya tempat yang indah dan nyaman sesuai dengan namanya Danau Ranau mamang Sangai indah Biasanya danau di gunakan untuk mandi oleh rakyat pesisir. Seiain itu para dewi rimba juga sering mandi di danau kecil itu. Sambil bercanda riang dewi rimba menikmati keindahan disekitar danau.

Geografi sekitar danau penduduk bercocok tanam. Hasil pertanian mereka seiuiu melimpah. Mereka menanam kopi, cengkeh, kayu manis, lada dan tembakau. Mereka tidak pernah merasa kekurangan, Penduduk negeri kecil ini hidup aman dan makmur. Suatu hari Puyang Seminung Namora, merasa ada suatu isyarat yang menggugah hatinya. Diambiinya cawan kecil berisi air Untuk melihat apa gerangan arti isyarat itu. Dalam air ia melihat sekelompok orang dalam keadaan kesuiitan di hutan belantara. Dilihatnya pula ada keiompok lain yang mengejar mereka di hutan belantara itu. Puyang Seminung Namora tahu siapa mereka itu.

Setelah itu dia kehalaman rumah dan memanggii burung garuda. Dipanggiinya beberapa orang tua di negeri itu Puyang Seminung Namora berkata aku minta bantuan kalian. Aku melihat ada dua kelompok orang yang berkejaran di batik Bukit Barisan mereka kurang iebih empat puiuh orang Mereka terdin dan laki laki dan perempuan Aku yakin itu bangsa kita kulit wajahnya dan perawakanya menunjukkan bahwa mereka suku yang hidup dipulau kita Mereka sedang dalam kesusahan ada kelompok lain yang sedang mengejar mereka Tubuhnya tinggi tinggi kulit mereka seperti terbakar matahari mereka membawa padang dan bedi. Pastilah mereka bajak 'aut. Kita harus menoiong mereka. Bagaimana caranya Puyang ? tanya burung garuda, kemudian seorang mengajukan pendapatnya. Puyang kami akan membuat keranjang besar-besar. Keranjang ini dapat kita gunakan untuk menolong mereka memberitahu mereka bahwa kita akan menolongnya, Kami akan ikut garuda kesana untuk Setelah itu penduduk suku Komerimg membuat karanjang besar dengan bergotong royong. Mereka membuat keranjang kuat dari rotan. Tiap keranjang dapat memuat lima orang Akhirnya keranjang siap untukdibawa. Merekapun berangkat kehutan bersama burung garuda. Burung garuda mencekam keranjang dengan kedua kakinya. tiap-tiap kerajang berisi satu orang . Angkutilah mereka kesini kata Puyang. Burung garuda pun mengepakan sayapnya dan terbang tinggi. ia terbang diatas Bukit Barisan, dan mendekat kerombongan pengantin.

Rombongan Patua dan Putri Sondang merasa heran, karena ada burung garuda menurunkan keranjang. Kemudian burung garuda mendaratkan keranjang di tempat tandus dilereng Bukit Barisan. Rombongan Patua segera mendekat garuda Utusan yang datang dengan garuda menjelaskan maksud kedatangan mereka. Rombongan Patua sangatlah gembira karena mereka mendapat pertolongan. Empat kali pergi seiesailah tugas burung garuda membawa rombongan itu.

Rombongan Patua diterima Puyang Seminung dengan senang hati. Terima kasih Puyang. Jika kami tidak ditolong, kami tidak lain nasib kami selanjutnya. Kami tidak bisa memasak makanan karena terus di buru bajak taut yang mengejar kami sangat jahat kata Patua Sementara itu burung garuda kembali ketepi pantai. Kelima perahu diseret dengan kakinya ketengah iaut. Kemudian dikepak kepakan kedua sayapnya yang lebar. Air laut bergelombang tinggi dan besar karena kepak- kepakannya. Perahu bajak laut pun terseret ketengah iaut Perahu itu rusak dan tenggelam. Ketika para perampok kembali ke pantai mereka kebingungan. Mereka tidak dapat menemukan perahunya Akhimya mereka kelaparan dan dimangsa binatang buas.

Di kediaman Puyang Seminung, rombongan pengantin baru melepaskan lelah Mereka sangat bahagia telah di toilong puyang. Setelah merasa segar Patua menjelaskan pengalaman selama di perjalanan mereka Puyang Seminung sangat terharu dan berkata kamu semua kami terima Mereka semua sadar bahwa bentuk tubuh mereka serupa, antara suku Batak, Mindanao, dan Komering.

Kita semua adalah keluarga", kata Puyang. Lalu Puyang berkata kepada khalayak ramai Menurut adat kita, pengantin laksana raja sehari “Aku ingin merayakan perkawinan mereka. Mendoakan
keselamatan pengantin baru. Kebetulan kita baru selesai panen padi. Kita pesta karena hasil panen baik. Kita menyambut tamu- tamu dari batak dan mindano 'bertanya'"Dimana kita merayakan pestanya Puyang ?. jawan Puyang “besok malam bulan purnama kita akan merayakan pesta untuk negeri di Ranau, tempatnya akan kusiapkan.

Malam itu Puyang Seminung Mora menunjukkan kesaktiannya Danau Ranau yang mulanya kecil bagaikan Kolam diubah menjadi danau vang sangat indah. Luasnya sampai-sampai sepuluh meter persegi. Semua rakyat kagum dan gemblra. Siangnya mereka membuat berpuluh puluh rakit dan perahu. Malam harinya dibawah sinar bulan purnama mereka berpesta Makan dan minum diatas rakit dan perahu ditengah tengah danau ranau, para dewi juga turun menyebarkan wewangian sepanjang malam. Burung Garuda juga turut berpesta. ia terbang di udara menjaga keamanan pesta rakyat suku Komering. Begitulah kisah terjadinya danau ranau , hingga saat ini orang masih percaya di atas danau ranau ada burung garuda.

0 komentar:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan ke blog mari belajar, Kunjungi juga blog berikut ini. terima kasih.